[SASTRAMADAN] Mereka yang Menilai Islamku


Selama bulan Ramadan, saya ditantang @narajawa buat mengikuti kegiatan #sastramadan. Apa itu #sastramadan? Itu adalah tantangan menulis satu puisi satu hari. Hukumnya sunat sih kalo kata Nara sendiri. Kalau ditinggalkan nggak apa apa, cuma rugi aja, karena kalo dilaksanakan menghasilkan pahala. 

Sebenernya, otak saya benar-benar lagi seret. Disuruh nulis ini-itu. Kadang kalo hobi dan pekerjaan itu sifatnya nggak jauh beda yakni, menulis. Tapi saya sanggupi saja.

Kemarin, tepatnya, Sabtu tanggal 20 Juni saat saya solat saya terngiang-ngiang dengan kalimat ini : Mereka Menilai Islamku. Ketahuan ya solatnya nggak begitu fokus, tapi ya saya teringat benar sindiran-sindiran tentang agama yang menghakimi satu sama lain. Apalagi buat perempuan--apalagi buat perempuan yang nggak mengenakan hijab, kayak saya. Jadi ya saya tulis, terus saya taruh di Path dan share di twitter.

Di Path, tulisan saya yang saya anggap terlalu keras ini, malah dapat banyak apresiasi. Senang juga rasanya. Padahal di Path, saya punya beberapa teman yang cenderung konservatif. ( Dulu ada yang share kampanye, jangan menikahi perempuan yang tidak pakai hijab dan ada yang komen negatif setiap kali saya bilang, 'agama dari luar, bukan dari dalam'.) Saya lega beberapa teman mengerti pandangan saya.

Tiba-tiba, saya dapat pesan dari seorang teman yang juga adalah editor di Rappler Indonesia. Dia mau minta izin publish puisi saya. Eh, senangnya bukan main. Belakangan ini saya memang jarang nulis di kolom-kolom blog, alhamdulillah, kesampaian... dan pake Bahasa Indonesia lagi!

Terima kasih Rappler Indonesia dan editor, Abdul Qowi Bastian, karena sudah mengapresiasi #sastramadan sampai ditayangkan begini.

Seharusnya saya nulis #sastramadan #hariempat tapi... BOLOS haha, atau nggak, di jama' kayak hukum solat mungkin bisa ya.

Baca puisi saya di sini.

Comments

Popular Posts