Sabtu Manis dan 'Berbuah' Bersama NBCPalembang

Halo pembaca!


#Ngabubuwrite with NBC Palembang
Kangen sekali menulis dalam Bahasa Indonesia.  Ini adalah bagian dari apresiasi terhadap kegiatan komunitas yang baru saya kunjungi kemarin, yakni #Ngabubuwrite bersama NBCPalembang.  Bertempat di Fay Cafe, kegiatannya berjalan lancar.

Senang akhirnya bertemu dengan komunitas yang punya minat sejalur dengan saya.  Padahal saya tadi sudah pesimis dan ragu ada kegiatan serupa seperti malam puisi dan story telling yang sering saya datangi Kuala Lumpur. Sebelumnya saya sudah familiar dengan komunitas NBCPalembang. Oh ya, NBC disini adalah Nulisbuku Club, sebuah komunitas self-publish terbesar di Indonesia. Bahkan saking inovatifnya dapat penghargaan dari Ogilvy!  Komunitas ini saya kenal dari kontes kontes cerpennya yang sering diselenggarakan online.  Dua cerpen saya dibukukan dalam antologi Nulisbuku sebelumnya.  Makanya senang banget bisa jumpa pengurus Nulisbuku yang saya biasanya cuma koresponden online via twitter.  Mereka adalah Rido, Putra, Tri, Putri dan Bimo. Kebanyakan dari mereka berkuliah dan alumni UNSRI.

Senang rasanya bertemu dengan keluarga baru ini.  #Ngabubuwrite juga berkolaborasi dengan INK! komunitas komik di Palembang.  Salah satu pembicara adalah Kak Hady, komikus yang punya passion besar dan pengalaman dalam penerbitan komik.

Pembicaraan di event ini memang sangat menarik dan bermanfaat, yakni tentang sisi realistis penerbitan komik dan novel.  Jadi kalau ada yang merasa menulis itu mudah, itu adalah salah besar!  Pertama, kita memang harus melakukan riset secara rajin tentang penerbit dan harus tahan banting revisi dari editor.  Disini juga dibahas tentang etika penerbit, sebaiknya mengirim naskah hanya ke satu penerbit saja jangan ke macam macam penerbit.  Setelah dapat keputusan, misalnya gagal, maka barulah kita ajukan ke penerbit lain.  Kadang penerbit memilih karya yang mainstream dan bisa dipasarkan, kadang juga memilih karya yang idealis. Penulis memang harus bisa meyakinkan penerbit untuk menerbitkan karyanya dengan uniknya cerita atau kebutuhan pasar juga.  Makanya, tantangan jadi penulis itu bukan hanya karena kemampuan dalam berkarya tapi juga selera penerbit dan pasar!  

Sabtu itu adalah hari yang 'berbuah', atau dalam bahasa inggrisnya 'fruitful'.  Banyak makna yang saya petik di sore itu dan banyak kawan kawan baru yang saya temui.  Teman teman NBCPalembang sangat bersahaja dan ramah.  Bahkan ada yang menawarkan diri menjadi first reader seandainya karya saya mau diterbitkan!  Mengutip Putra, yang merupakan anggota NBC hari itu, "Inilah tujuan berkomunitas.  Kita mengambil kritik.  Kalau sebagai penulis, kritik itu vitamin, sedangkan pujian itu... apa ya... istilahnya... (berpikir keras) pujian itu camilan!"

Wah, saya benar benar setuju dengan masukannya.  Karena bisa saya akui, mungkin saya ini penulis yang idealis dan angkuh juga.  Mungkin karena terlalu meresapi sajak "So You Want To Be A Writer" dari Charles Bukowski.

if you first have to read it to your wife
or your girlfriend or your boyfriend
or your parents or to anybody at all,
you’re not ready.

Ini adalah yang membuat saya ragu.  Apakah dengan memiliki first reader, saya berarti tidak siap untuk memasarkan buku? Ah tapi, mungkin saja Bukowski bisa jadi salah!

Pokoknya acara buka bersama dan gathering menyenangkan.  Saya nggak nyesal datang ke acara tersebut.  Padahal baru mengetahui info acaranya 3 jam dari social media.  Bukan dari twitternya secara langsung, tapi dari Path teman yang di 'datangi' oleh salah satu anggota NBC.

Ada kejadian yang menarik dan lucu saat saya pulang.  Tri, MC dari acara yang bubbly dengan ramah menawarkan untuk pulang bareng karena rumah kita sejalan.  Dengan senang, saya mengiyakan ajakannya karena kenapa tidak, sekalian bisa ngobrol ngobrol sama teman.  Tapi saya gugup begitu tahu saya akan dibonceng naik motor, malam malam, dan tanpa helm.  Oops. Bukan gugup atas keselamatan saya.  Saya tahu saya sendiri selama di Palembang sering bandel tanpa pengetahuan orangtua (yah, sekarang sudah tersiar di blog ini), curi curi waktu buat belajar nyetir lah.  Tapi memang orangtua saya, termasuk ibu saya paling anti liat saya naik motor karena cemas akan keselamatan saya.  Kalau saya sih cuek.


Comic Arts by Kak Hady

Arisan buku Belapan Book Club.  Dapat buku gratis dan harus resensi novel!

Akhirnya bisa nyicip pisang ijo...
Tapi justru berkendara di atas motor menyusuri kota Palembang itu pengalaman yang membuat saya bersyukur.  Menikmati pemandangan bahkan menyentuh kota kelahiran saya tanpa batas. Biasanya saya selalu di dalam ruangan tertutup seperti mobil.  Padahal di KL, saya leluasa aja naik transportasi umum, lompat dari satu train ke train lain... dan ini adalah proses yang menjadikan saya mendarah daging dengan KL.  Anehnya, saya nggak pernah punya kesempatan mendarah daging dengan Palembang, kota kelahiran saja.  Mungkin faktor orangtua juga yang sangat protektif.

Ya, tapi malam itu saya benar benar menikmati jalanan Palembang.  Mungkin ini yang saya butuhkan, kembali ke akar saya dan bersyukur bahwa ada nafas yang segar di kota ini dan ada keluarga baru yang menyambut saya.

Salam,
The Naked Soul

Comments

  1. mungkin, ntar kita bisa jalan lg yuk malem malem pake motor keliling Palembang hahaha. anak gaul Palembang ga keren kalo blm makan mie tek tek di BKB, pinggir sungai musi. nah lo :p

    ReplyDelete
  2. Dengar nama kota Palembang, jadi ngangenin, banyak nostalgia. Duh, NBC bikin ngiri nih! Tks, Ayu, sudah berbagi. Kalo ada kumpul2 lg, say hello sj deh u rekan2 NBC. Salam kreatif!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts