Pemimpin atau Penguasa? Road to Indonesia Presidential Election

NP : Please be advised that I am talking about my personal view of politics. I bear no representation to anyone or any body, but myself and I respect everybody's privacy and choices. My personal view is influenced by casual observation of what mainstream and social media have been exposing.

Hai Pembaca,

Image by The Jakarta Globe
Sebagai warga negara Indonesia tentunya kurang seru ya nggak berbicara atau ngeblog tentang pemilu presiden!  Tapi, akhirnya saya ngeblog juga di detik detik terakhir, saat semua suara dikawal dan dihitung.

Sebelumnya saya juga ingin menyempatkan rasa belasungkawa sedalam dalamnya akan konflik tanpa ujung di Gaza dan juga kecelakaan naas yang merenggut nyawa penumpang #MH17 :(

Maka dari itu, semoga hasil pilpres ini nggak membuat kepala kita pusing, ya.  Tetap damai.

Bicara tentang capres dan cawapres yang layak untuk menduduki kursi pemerintahan eksekutif. Ada baiknya kita tanya diri sendiri : Apakah kita perlu pemimpin atau penguasa.  Apa kita perlu dipimpin atau dikuasai?  Semenjak nama capres dan cawapres 2014 diumumkan, saya sudah bulat dengan pilihan saya.  Tanpa kampanye hitam atau putih.

Meskipun sebetulnya kita dihimbau untuk menyimpan pilihan kita secara pribadi, tapi saya beserta 52% atay 53% masyarakat Indonesia memilih kandidat capres dan cawapres nomor urut 2.

Kenapa?
Singkat kata, saya membutuhkan seorang pemimpin, yang jujur, sederhana dan merupakan wajah baru di kancah politik Indonesia.  Hal ini adalah hal yang terpenting, karena sebagai pemain baru di politik Indonesia, saya harap Pak Jokowi dapat membuat keputusan secara mandiri dan tanpa ikatan atau tekanan dari pihak pihak manapun. Dalam artian, bukan malah bertindak seenaknya, dan melangkahi kebijakan legislatif dan yudikatif atau kepentingan negara juga. Dalam artian memberantas korupsi.  Sebagai sosok baru, saya harap Pak Jokowi dan wakilnya, yang sudah veteran dalam pemerintahan negara, Pak JK, dapat memutuskan rantai korupsi sedikit demi sedikit dan bahkan memutuskan rantai tersebut dengan membentengi diri 'titipan ini itu' dari oknum oknum yang ngakunya mewakili rakyat, padahal mewakili diri dan keselamatan tirani keluarga sendiri. 

Pak Jokowi dan Pak JK juga punya pengalaman legislatif sebelumnya.  Pak Jokowi sendiri adalah mantan Gubernur Solo dan sekarang menjabat menjadi Gubernur Jakarta yang ngetop dengan gaya 'blusukan' saat melaksanakan tugasnya.  Beliau nggak segan memantau pasar dan pembangunan infrastruktur masyarakat langsung dari lapangan.  Pak JK sendiri dihormati karena dulu menjabat sebagai Wakil Presiden 2004-2009.  Seorang pengusaha, yang dimasa jabatannya sangat menghargai keselarasan hidup warga negara Indonesia dan pembela kaum minoritas. Beliau menuntaskan konflik Aceh saat menjabat.  Pak Jokowi juga adalah seorang pengusaha yang aktif. Latar belakang mereka yang pengusaha ini menandakan sifat mereka yang aktif, cepat bergerak dan membawa perubahan.  Karakter yang diperlukan bagi seseorang untuk membenahi Indonesia sebelum mengedepankan ambisi tinggi muluk muluk.

Dari debat debatnya, Pak Jokowi dan Pak JK juga berjanji untuk menaikkan kesejahteraan guru dan memantau dan menyokong perkembangan industri kreatif.  Ini adalah kabar yang baik bagi saya yang juga adalah pekerja industri kreatif dan juga guru.  Ingat apa pemimpin Jepang katakan ketika Nagasaki dan Hiroshima dijatuhi bom, "Kumpulkan seluruh guru guru!"  Memang betul edukasi adalah segi terpenting dalam kehidupan manusia karena edukasi dan intelejensi adalah senjata yang paling kuat yang dimiliki oleh manusia, seperti Nelson Mandela sampaikan.

Tapi...
Selalu saja ada kampanye hitam yang menjatuhkan kandidat capres nomor dua ini--sedangkan minim ditujukan kepada Pak JK. Mulai dari pribadinya yang dinilai tidak tegas, latar belakang keluarga, tuduhan sebagai 'presiden boneka' dan 'kedekatannya' dengan negara adidaya Amerika Serikat.

Tapi kata saya...
Selama ini Kandidat Capres Cawapres nomor 2 mengedepankan konsep "revolusi mental". Nah mungkin yang beranggapan bahwa kita harus mempunyai pemimpin berkarakter gagah, dan anti ndeso itu mentalnya harus direvolusi, ya.  Kan ada pribahasa "don't judge a book by its cover." Sayang sekali kalau kita harus melewatkan kesempatan baik ketika kita terlalu milih dari kulitnya. Lagipula kegagahan seseorang itu relatif.  Sama seperti Anda menilai penampilan seseorang, yang saya rasa ganteng itu pasti beda dengan apa yang kamu bilang ganteng.  Kadang ganteng menurut saya itu nggak ganteng menurut orang.  Dan menurut saya, Pak Jokowi cukup tegas.  Di dalam debatnya menghadapai Pak Prabowo, yang mempunyai karisma luar biasa, Pak Jokowi nampak siap dan berhasil mengutarakan segala jawaban yang ditanyakan tanpa harus mengulang ulang maksud.  Itu adalah suatu kualitas yang saya nilai tegas dan gagah. 

Lalu amat disayangkan fitnah fitnah beredar tentang latar belakang keluarga Pak Jokowi.  Ada yang bilang pendahulunya adalah buruh kerja luar negeri, ada yang bilang beliau non-muslim dan berketurunan tiongkok--lagi lagi, ini yang dinamakan buta.  

Memang kalau soal asal usul, sejarah, latar belakang adalah hal yang masih tabu dan tidak bisa dikompromi oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.  Semua itu adalah akal untuk menjatuhkan dan mencari cari celah kesalahan. Memang secara pribadi ini akan menyakitkan pihak pihak yang difitnah.  Namun menurut saya, kalau pun iya, so what?  Negara kita berazaskan Bhineka Tunggal Ika. Selama pemimpin tersebut mempunyai keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbuat baik kepada warga negaranya, siapa yang mau menyalahkan atau menolak? Saya amat menyayangkan pola pikir bangsa Indonesia yang bersifat ekslusif meskipun kita berdiri di tanah yang pluralis.  Kita berpedoman ke negara apa?  Karena nggak semua dari kita berkiblat ke Mekah.   Secara konstitusi dan karakter kita berkiblat kemana?  Tentu saja kita berkiblat ke dalam tanah air kita, Indonesia.  Tentu saja kita bisa melihat contoh baik dari negara negara lain, apa itu termasuk Amerika?

Banyak sekali yang menuduh dengan dilantiknya kandidat capres dan cawapres 2, Indonesia akan sangat bergantung kepada Amerika dan Amerika akan melakukan invasi besar besaran.  Aduh, sebetulnya saya malas melayani teori konspirasi seperti ini.  Saya juga banyak bergaul dengan teman teman dari negara tetangga kita Malaysia, saya mengerti apa yang orang orang serumpun ini sama sama takutkan, yaitu pudarnya sebuah karakter dan kemandirian bangsa.  Takut tidak bisa berdiri sendiri.  Secara pribadi, ya, saya ngeri.  

Tapi kenapa harus overthink? Kenapa kita harus berprasangka buruk dahulu.  Bersyukurlah kita hidup di negara Indonesia dengan kedaulatan yang masih utuh, berfungsi dan menganut demokrasi.  Meskipun sehari harinya kita hidup dengan penghasilan dibawah rata rata pendapatan dunia dan korupsi (!) lalu kenapa harus membentengi diri seolah-olah Indonesia adalah negara yang tercabik semenjak pemilu ini? Menjelang pemilihan umum ini mendadak rakyat bicara seperti mereka paham derita Palestina, Ukraina, Afghanistan dan bermain spekulasi.  Sebelum pemilu saja, orang cuek dengan arti kedaulatan.

Lastly, tentang presiden boneka... kembali dengan penjelasan saya.  Saya percaya kandidat capres 2 cukup tegas untuk menolak komando dari oknum oknum penghasut, sedekat apa pun mereka.

Jadi harapan saya... 
Biar hasil pemilu dapat disimpulkan secara jujur dan adil.  Para pendukung siap menerima hasil, dan yang saya takutkan memang pemberitaan media besar besaran dan semangat demokrasi yang sepertinya tidak mustahil untuk menimbulkan kerusuhan.  Maka baiknya kita bermain sportif. Memang kedua kandidat adalah kandidat dengan karakter yang sangat jauh berbeda, tapi ini lah yang membuat pemilu kali ini unik disimak.  Siapa pun pemenangnya semoga dapat berkooperasi dengan rakyat.

Sekian dulu.... 

Salam,
The Naked Soul

Comments

Popular Posts