Sajak Terburu

I

Biasanya aku jarang menuliskan sajak 'aku-kamu'
Karena, aku tidak siap mendedahkan segenap jiwaku
Lagipula, aku tidak mau kamu tahu.

Biasanya aku bersajak dalam bahasa orang yang bermata biru
Karena, aku nyaman bersembunyi dalam tabir bahasa yang rancu
Karena itu pula, semua orang tidak perlu tahu

II

Aku masih menerka, apa yang bisa kau rangkai untukku.
Bagimu, aku terpaksa membuat sajak satu.
Untuk membui segala perasaan yang sempat menggebu

Untukku? apakah itu? Aku pun tidak tahu
Tapi kadang hatiku berbisik dan menepuk-nepuk
"tunggu,"
Aku selalu mau tahu

Jadilah, aku menunggu di dalam kerangka  belenggu yang sendiri aku susun
Menunggu pualammu belum kunjung dibangun.
Atau, adakah satu?
Sebab, yang aku ingat.
Tak ada janjimu yang perlu ditangguh.
Tak ada satu.

Tapi, itulah
Aku masih menunggu.

III

Dan, kata mereka, aku ini wanita lancang
Tapi dalam pembelaanku,
Aku hanya ingin terus terang

Karena tidak adil bagimu untuk tidak mengetahui
Ada rasa begitu besar di dalam sini,
Yang belum sempat aku namai
Yang serakahnya, aku simpan sendiri
Yang tanpa kehadiranmu, sakitnya menggerogoti
Yang terlalu cepat aku bagi.

Kini, 
Apakah aku lancang, atau jalang?
Merindumu untuk kembali.

Comments

Popular Posts