Kenapa Feminisme Penting?

Selamat Hari Wanita Sedunia!



Pos yang ganjil ini bertepatan dengan isu hari wanita sedunia.  Awalnya, saya ingin menunda menulis.  Namun saya terlanjur tidak bisa tidur di jam 3 dini hari jadi ya, langsung saya tulis saja.

Ada beberapa isu yang belakangan ini menganggu saya.  Mungkin menjelang hari wanita sedunia semuanya berkaitan dengan isu gender. Saya masih merasa masyarakat Indonesia kurang terdidik untuk menjadi feminis.  Kebanyakan nggak tau feminimisme itu apa dan mengabaikan begitu saja.

Nggak perlu kamus ya untuk menjelaskan feminisme. Hanya perlu kepekaan masing-masing. Bagi saya feminisme itu adalah gerakan untuk memajukan kesejahteraan kaum perempuan, memperluas kesempatan dan membebaskan mereka dari keterbelakangan sosial. Namun dewasa ini, feminisme meskipun sudah sangat mengglobal tapi sering dianggap sebagai pemahaman yang egois, sangat menengahkan perempuan dan melihat hak laki-laki juga sebelah mata.

Tapi menurut saya tidak harus begitu, feminisme baik adalah gerakan yang adil.  Feminisme seharusnya tidak hanya diresapi oleh kaum perempuan, namun juga penting sekali untuk kaum laki-laki.  Dan, maaf saja, entah kenapa saya merasa kaum laki laki Indonesia belum bisa dikatakan feminis.

Bermula awalnya dari singgungan kecil dari teman sejawat, yang punya gelar sarjana dari universitas negeri ternama.  Saat itu saya tengah uring-uringan cari pekerjaan, di saat yang sama dia melontarkan komentar.  "Wah Yu, ngapain kamu galau cari kerjaan, toh, ujung-ujungnya... bukan maksudnya nggak feminis, ya.  Kan balik ke dapur."

Dibesarkan dengan ibu yang seorang wanita karir, saya heran kenapa laki-laki dan beberapa perempuan memberikan pandangan seperti ini.  Pandangan ini begitu asing, namun bagi kebanyakan orang, ini adalah pandangan yang wajar.  Masa depan yang saya bayangkan adalah--ya, belajar setinggi mungkin kemudian bekerja di perusahaan layak atau berkarir mapan di bidang apa pun. Menjadi ibu rumah tangga itu sendiri adalah hal yang sudah saya tanam dari kecil, dan saya mengerti itu berbeda dengan karir.

Barang Bekas

Minggu kemarin ada komen di Facebook, dari salah satu teman SMA yang bikin saya panas.

Jadi intinya, dia nggak senang laki laki dicap kuno karena menolak untuk kawin dengan perempuan yang sudah tidak perawan.  Di statusnya dia barengi link psikologi itu dengan komen yang sangat tidak sensitif.  Kurang lebih bunyinya.

"Bukan kuno tapi bagus
Pesta udah mahal
Rumah udah bagus 
bla bla bla
Tapi masa nikahin barang bekas"


Orang pinter lagi ngomong...

Barang bekas--saya langsung mendidih darahnya begitu wanita disejajarkan sama barang.  Barang bekas.  Begitu rendah juga negara memandang wanita yang tidak perawan saat tes keperawanan dilaksanakan untuk instansi kepolisian dan pendidikan.  Apa-apaan?  Masa sih, suatu yang sangat personal dijadikan tolak ukur moral sampai menghambat kesempatan wanita untuk melangkah ke depan?  Apa iya setiap wanita tak perawan lagi itu moralnya rusak?

Teman SMA saya ini menjawab pertanyaan itu dengan "Ya jelaslah kelihatan bedanya cewek baik dan mana yang nggak.  bla bla bla ... Salah sendiri sih terjerumus ke pergaulan bebas, dikasih ini itu mau, jadilah dia p*rek..."

Ya teman SMA saya ini udah sok jantan, sok kebapakan gayanya.  Saya jelasin lah, prostitusi itu juga lahir dari keterpaksaan.  Nggak semua orang lahir dikeadaan berada.  Mereka lakukan itu karena untuk cari makan.  Kalo mau dipersalahkan, ya salahkan negara.  Kok bisa kita hidup di garis kemiskinan sampai harus menjual diri buat makan.  Dan makanya, bukan berarti setiap PSK itu punya kelakuan nakal dan tidak bermoral kan?  (Yang nggak ada moral itu, orang yang mau pake jasa mereka)

Perempuan nggak bisa mandiri tanpa laki-laki

Oke, perdebatan berlangsung sengit.  Teman saya ini masih bersikukuh dengan pandangannya. Nafsu saya untuk berargumen sudah lemah, karena lawan debat saya memang lemah dalam berargumen. Maunya saya biarin aja sih... sampai suatu ketika... dia... menuliskan hal yang lebih tidak sensitif lagi.

"Ya, emang gimana lo mau cari makan kalo nggak kawin ama cowok tajir?
Mau dikasih makan apa anak lo?  Batu?"

Batu akik bapak lo!--nggak saya bilang gitu sih.  Tapi saya sembur lagi aja dan saya bilang intinya, saya nggak terima kalo dia punya pikiran seperti itu.  Saya dan banyak dari wanita bekerja untuk mengisi piring sendiri.  Ini sudah tahun 2015 dan seharusnya dia cukup minta maaf dan mengabaikan debat ini dan berjanji untuk lebih sensitif lagi berbicara di sosial media.

SALVO ID & INDIA'S DAUGHTER

Ternyata bukan teman saya (dalam kondisi ini saya enggan menyebutnya sebagai teman) juga yang tidak mempunyai jiwa feminis, tapi juga salah satu produsen baju bernama SALVO.  Wah, SALVO ini sudah dikritik habis-habisan karena label dibajunya yang bertuliskan.

Oh I thought we only make sandwiches!

Salvo sendiri sudah minta maaf di akun twitternya, namun masih terdengar defensif dan bodoh. Simak ceritanya di sini wahahaha.. malu udah masuk buzzfeed!  Sebelumnya saat lihat artikel yang mirip dimuat di Jakarta Globe!

Tapi... pesimis nggak sih melihat, begini loh, cara laki laki memandang perempuan di Indonesia? Hanya sebatas barang, pencuci baju... yang bener aja bro?

Feminisme itu masalah serius!  Nggak mau kan keterusan seperti kejadian di India, kan?  Di Tahun 2012, seorang wanita 23 tahun bernama Jyoti (RIP) tewas karena diperkosa sekelompok laki-laki tidak dikenal (ada 5 orang).  Saat itu ia baru keluar teater selepas menonton bersama teman laki-lakinya, yang juga tewas saat kejadian kriminal berlangsung.  Sadisnya, pemerkosa menarik usus Jyoti dengan pancingan besi yang dimasukkan ke alat vitalnya.  Dan saya bertanya... KENAPA? Kenapa apa salah wanita itu sampai mendapat kekejaman begitu sadisnya?

Di film dokumenter yang dikemas oleh sutradara Leslee Udwin, masalah ini dikupas.  Hingga ia mendatangi salah satu terdakwa kriminal, Mukesh Singh, dan ia (terdakwa) bisa menjawab, "Ya itu untuk pelajaran buat dia, karena keluar di malam hari bersama pria tidak dikenal."

Bingung nggak lo?  Mau marah nggak lo?

Simak cerita film dokumenter India's Daughter di sini dan filmnya di sini

Saya beruntung sudah menonton filmnya sebelum Youtube menarik penayangannya di seluruh dunia, karena begitu sensitif.

Tentu saja feminisme perlu dianggap seperti pendidikan.  Karena pemahaman feminisme yang baik akan dapat menekan angka kriminalitas khususnya terhadap kaum perempuan (kalau saja negara nggak bisa menjamin kesejahteraan yang layak untuk penduduknya)

Feminisme itu bukan sekadar koar-koar atau aksi keren-kerenan.  Feminisme adalah kemanusiaan dan solidaritas, makanya laki-laki juga harus gerak.

Feminisme itu penting karena banyak perempuan yang masih hidup tidak nyaman.  Mereka tidak seberuntung saya, yang bisa sekolah dan bekerja.  Apa pun keadaannya cita-cita wanita itu harusnya tinggi dan jangan pernah takut untuk mewujudkan cita-cita tersebut.  Wanita diciptakan untuk mandiri, bukan sekadar makhluk yang selalu meminjam rusuk kaum adam dan bergantung kepadanya.  Karena hidup itu bukan cerita dongeng.  Ada kalanya, wanita harus berdiri sendiri dan karena itu ia harus tahu apa yang ia lakukan.

Oke deh,

Nggak sempat cuci otak kalian lama-lama karena aku juga udah ngantuk.  Udah jam setengah lima.

See you,
I will be away and post less on blogspot... because I have something excited coming!!

Comments

  1. Baru mampir udah suka sama tulisannya :)

    www.fikrimaulanaa.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts