Idealis vs Realistis

Masih di dalam semangat Hari Wanita Sedunia....


Halo kawan-kawan,

Saya sekadar mau membagi cerita saja.   Suatu hari di Malam Minggu, saya dan teman-teman kuliah mengadakan kumpul-kumpul cantik di salah satu pusat perbelanjaan besar di Jakarta Pusat.  Senang rasanya bisa kumpul dengan teman-teman, karena kita sudah terpisah sekian lama semenjak kita meninggalkan Kuala Lumpur.  Kelakuan kami tidak berubah, tetaplah empat cewek yang hobi cekakak-cekikikan kalo ketemu.  Meskipun secara fisik, kami berubah.  Seperti salah satu teman saya yang tomboy banget tiba-tiba mendadak menjadi feminin dan sudah tahu belanja tentang make-up. Dan saya sendiri... yang rambutnya dari hitam panjang, mendadak di ombre.

Yang nggak berubah dari saya sendiri, adalah keinginan menjadi seutuhnya feminin.  Saya sering pakai make-up atau rok, tapi tetap saja saya cheat dan padu-padanannya jadi mirip ala-ala rockstar. Jangan ditanya deh, tahun 2002, saya ini penggemar Avril Lavigne dan Linkin Park garis keras.

Saat belanja ke Sephora, saya melipir ke arah teman saya yang lagi pilih-pilih pemulas bibir terus saya bercanda lah...

"Wah, abang ini udah pinter ya belanja make-up,"

Ia cuma menjawab, "Ya, haruslahh yu, mau nggak mau. Kita ini cewek."

Terus lama-lama kita berdua mengupas tuntas segala opini-opini tentang hidup sesuai dengan ideal masing-masing atau sesuai dengan realita.  Di jaman kuliah dulu, pikiran kami serba terbuka karena kami bergaul dengan mahasiwa mancanegara.   Cita-cita kami begitu tinggi, kepingin berkarir di jenjang global/internasional dan menjadi ekspat.  Namun begitu pulang ke rumah, pikiran itu mendadak harus terkubur dalam-dalam.  Dulu pandangan bekerja di perusahaan BUMN, atau korporasi besar adalah suatu pekerjaan yang dipandang membosankan.  Namun pada kenyataannya, pekerjaan tersebut yang menghasilkan banyak uang.  Dulu, kami cukup nyaman keluar tanpa make-up, kaus dan celana jeans--dan sekarang kami harus berdandan untuk menjadi 'wanita'.

Teman saya cukup mengatakan, "Susah yu, hidup idealis di jaman seperti ini."

Beberapa teman-teman yang usianya sudah dewasa di kantor begitu pula dengan ibu saya juga mengatakan hal demikian.  Yang paling berkesan adalah wejangan dari sekretaris di kantor saat di hari terakhir saya bekerja di agency.  "Nanti ada saatnya kamu berhenti jadi idealis, dan mulai memikirkan masa depan... apa yang mau ditabung, dan mau dikemanain duitnya.  Mau dibeliin mobil, emas dll."

Mungkin mereka betul, tapi kelihatannya menunggu saya berhenti jadi idealis akan makan waktu lama...

Entahlah mungkin saya ini adalah orang yang optimis atau sekadar keras kepala.  Bukan saya nggak menghargai masukan dan pandangan-pandangan tersebut.  Justru sebaliknya saya menghargai masukan tersebut, karena mereka memberikan saya pertimbangan.

Sebagai teman, saya sebaik mungkin akan mensupport keputusan teman atau keluarga apabila mereka ingin menjalani sesuatu yang berbeda dari pemahaman saya.  Ada teman saya yang mau jadi model, barista, penyanyi... asal niatnya baik dan mereka menjalankan semuanya dengan integritas, itu tidak ada salahnya.

Karena bagi saya, definisi mapan dan sukses itu ada banyak.  Salah satunya, sukses = uang.  Kalau mau dapat uang, ada baiknya kita bekerja.  Kalau bisa bekerja di perusahaan besar yang akan memberikan banyak tunjuangan dan segala macamnya.  Idealnya, perusahaan semacam BUMN, atau mendaftar sebagai pegawai negeri sipil.  Tapi, ada banyak cara kan untuk menghasilkan uang, bisa dengan berbisnis atau juga dengan berdikari (freelance) asal uangnya halal. There are many ways to be successful and I believe we gotta find what we love first.  Ada pemahaman, kalau kita bekerja dengan sesuatu yang kita sukai, rasanya tidak terasa seperti bekerja.

Terus masalah yang cukup penting bagi wanita--pasangan hidup.  Saya sebetulnya meskipun terekspos dengan budaya modern, percayalah, saya tetap ingin menikah dan berkeluarga.  Namun, betapa sedihnya saya, karena tahu kebanyakan laki-laki Indonesia ingin menikah dengan perempuan yang terlihat feminin atau cewek banget.  Lah, gaya saya kan begini.  Kadang bohemian, kadang rock star.  Kadang malas pake dress, karena jegging itu terasa lebih nyaman dipakai kemana-mana. Mungkin kalau di Paris, I do not mind dressing up, but in Jakarta.... you wish!

Ibu saya juga bilang begitu, "Nggak ada laki-laki yang mau sama cewek dengan gaya kecowok-cowokan, coba aja kamu... apa mau menikah sama laki-laki yang gayanya kecewek-cewekan?"

Terus pandangan itu disupport lagi sama teman saya yang sudah tobat dengan gaya hidup idealistis. "Iya yu, pacarku yang sekarang... dia yang pertama ngelihat aku dan ngajak aku keluar.  Ya namanya cowok gitu, kita harus dandan cantik-cantik."

Ya, apa yang mereka katakan itu betul.  Tapi, ya tetap saja saya keukeh sama pendirian sendiri. Karena kembali lagi, saya nggak mau dinikahin atau dilihat hanya karena fisik, tapi juga karena otak cita-cita dan amal saya. Begitu juga sama laki-laki.   Emang enak sih lihatin cowok cakep dan punya perut kotak-kotak, saya nggak munafik, lah.  Tapi untuk jangka panjang, yang saya cari itu kualitas otak bukan cuma semata-mata fisik atau dompet.

Apa dia sabar menghadapi saya yang orangnya selalu meledak-ledak?  Apa dia akan keberatan dengan pandangan feminis saya?  Apa ia punya daya juang tinggi, nggak mudah patah semangat?

Menurut saya, hidup secara idealis mungkin bisa dijalani hanya saja jalan yang ditempuh memang tidak konvensional seperti yang di dalam pikiran orang banyak.  Bukan berarti sulit, cuma memang harus butuh kesabaran dan niat.  Ibarat bikin jalan baru ke gunung.  Ada jalur yang sering dipakai orang, tapi mungkin jalur itu sudah terlalu padat bagi pendaki.  Nah kita yang ingin naik gunung dengan jalur lain, harus bikin jalan baru... kita tebas pohon-pohonya, belukar-belukarnya...

Analaogi bullshitnya gitu sih...

Sometimes I feel like I am going against the course of the universe.  That makes me feel like I am in a deep black trouble.  Sometimes I feel like I am so close to build or destroy my dream.  In most of the times, I let myself forget about it and everything will run in places...

Comments

Popular Posts